Terjebak Pembangunan Instan


Di negara-negara berkembang saat ini, sedang berupaya keluar dari permasalahan ekonomi, agar bisa  menggerakkan pembangunan negaranya. Mendorong investasi dari negara-negara maju, menjual sumber daya alam yang bisa dieksplor untuk meningkatkan devisa negara dan alternatif lainnya adalah meningkatkan hutang negara.
Pembangunan memang membutuhkan ‘money’. Kira-kira begitulah paradigma yang sudah ada. Namun dalam kondisi yang berat, kita harus menggunakan akal pikiran kita untuk mencari berbagai solusi. Permasalahan kita terkadang selalu ingin cepat-cepat tanpa ingin dan mau melewati proses. Proses dalam pembangunan adalah sebuah keniscayaan yang wajib dilalui dengan kesabaran penuh.
Indonesia terus melakukan ‘kerja kerja kerja’ untuk bisa bersanding dan bersaing dengan negara-negara maju. Dari segi volume ekonomi Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata, jumlah penduduk dan masyarakatnya yang konsumtif, merupakan kekayaan alami dan sekaligus kelemahan jika tidak dikelola dengan baik. Masyarakat yang konsumtif menjadi modal utama penggerak ekonomi. Namun, bisa mejadi bomerang jika kita hanya penikmat, jadi pasar dari negara-negara industri yang menjual dagangannya di tempat kita.
Untuk keluar dari masalah tersebut, kita harus memiliki strategi. Strategi pembangunan yang berkesinambungan, yang berpikir jauh ke depan dan melakukan dengan sabar step-step (proses) pembangunan itu. Kondisi politik harus bisa memahami ini, pergantian kepemimpinan tidak semestinya merubah kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dan dapat berpengaruh pada ketercapaian pembangunan jangka panjang. Pembangunan instan yang hanya berkulit pencitraan janji-janji politik pada saat kampanye, tidak boleh mengaburkan, bahkan meniadakan arah pembangunan utama.
Dilema itu terjadi ditempat kita, rencana pembangunan hanya menjadi macan kertas yang tidak diimplementasikan dengan baik. Begitu banyak rencana-rencana yang sudah baku, misalkan tentang RTRW, RTRWK, dan rencana-rencana yang mendetailkannya. Memang janji dan visi misi pada saat kampanye bisa dijadikan acuan pembangunan strategis dalam masa kepemimpinan. Ada hal yang harus diperhatikan, jika visi misi itu searah dengan rule map pembangunan yang sudah ada maka dia tidak akan menjadi beban pembangunan itu sendiri, namun jika sebaliknya: pembangunan instan hanya untuk memenuhi janji politik. Maka sebaiknya para calon kontestan sebelum menentukan visi misi sudah mengerti dan mempelajari arah pembangunan yang sudah ada. Ini untuk menghindari inkonsistensi pembangunan tersebut.
Pergantian kepemimpinan itu seperti pergantian ‘masinis’. Masinis baru tidak perlu membuat rel baru tapi hanya mengikuti rel yang sudah ada dengan meningkatkan nilai-nilai kreatifitas dan inovasi sang masinis, agar para penumpang yang ikut digerbongnya merasa nyaman, aman dan tenang.
Kreatifitas dan inovasi pembangunan harus betul-betul dipahami untuk menghindari pengulangan-pengulangan, yang berarti pembangunan jalan di tempat. Ini adalah solusi untuk menggerakkan pembangunan agar bisa maju dan bersaing. Sudah bukan saatnya lagi kita eksploitasi alam hanya untuk mendapatkan ‘money’ yang bisa habis secara instan pula. Hal ini harus dipikirkan, pembangunan jangka panjang harus dimulai.
Pertama, bidang pendidikan wajib menjadi konsen utama dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Melawan kebodohan dan pembodohan. Pendidikan adalah pondasi untuk membangun karakter bangsa. Generasi penerus ‘digembleng’ dibangku-bangku sekolah dan kampus. Wajah masa depan terlihat disekolah-sekolah, jika mutu pendidikan tidak berkembang akan menjadi beban pembangunan yang akan datang. Konsen dalam peningkatan mutu pendidikan menjadi sangat penting. Infrastruktur dan mutu pendidik harus menjadi perhatian khusus. Arti penting pendidikan harus menjadi kesadaran semua pihak.
Kedua, menyusun langkah-langkah strategis jangka pendek, menengah dan panjang dengan berlandaskan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seperti diuraikan sebelumnya, pembangunan instan yang sifatnya hanya pemenuhan kondisi sekarang tanpa memperhatikan kondisi yang akan datang, menjadi masalah yang serius. Pembangunan instan telah mengaburkan arah dan capaian pembangunan di masa depan, padahal itu menjadi tujuan utama pembangunan yang harus dicapai. Jika ingin melakukan perubahan yang lebih baik persiapkanlah dari jauh hari. Jika tidak dimulai, maka akan selalu mundur ke belakang.
Ketiga, melibatkan seluruh potensi dalam merumuskan arah pembangunan dan memperhatikan potensi lingkungan yang bisa dieksplor namun terbarukan. Kekuatan keberagaman merupakan nilai positif untuk saling berkontribusi dalam pembangunan. Semakin banyak yang berperan maka semakin banyak muncul gagasan baru yang dapat saling menunjang. Potensi pemerintahan yang memiliki akses dan fasilitas untuk menyerap aspirasi masyarakat harus lebih dioptimalkan. Sehingga pemberdayaan gagasan dari masyarakat bisa terjadi. Keanekaragaman hayati yang dimiliki tetap harus dilestarikan dan dijaga untuk masa depan anak cucu kita. Kekayaan dan keindahan alam bisa lebih dieksplor untuk meningkatkan dan menggerakkan ekonomi kerakyatan. Terobosan baru dibutuhkan untuk mendapatkan hal-hal baru yang lebih baik dan memiliki efek maksimal bagi kehidupan bermasyarakat.
Keempat, setiap planing yang dilakukan harus terukur dan bisa terlihat dengan jelas step-step capaianya. Kelemahan utama kita adalah kurang mampunya merumuskan pembangunan secara realistis dan tepat sasaran. Pembangunan copy paste menjadi hal yang sering terjadi, pada hal setiap tempat dan lokasi memiliki karakter yang berbeda pula. Terkadang pembangunan hanya bersifat ‘keinginan’ yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan setempat sehingga kurang tepat sasaran dan minim manfaat bagi masyarakat. Mind set ini harus dirubah, pembangunan harus lebih melekat dan mendasar pada kebutuhan masyarakat sesuai kondisi lingkungan. Pembangunan harus bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, dan dapat terlihat langsung kontribusi pembangunan terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan alam yang lebih baik.
Kelima,  konsistensi dalam pembangunan. Konsiten terhadap apa yang sudah direncanakan sangat penting untuk menjaga pembangunan agar tetap berjalan pada koridornya. Disiplin terhadap apa yang sudah disepakati wajib menjadi pedomannya. Ini sangat ditentukan oleh stakeholder sebagai pemangku kepentingan. Stakeholder harus bisa menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga roda pembangunan bisa berjalan sesuai harapan. Dan yang terakhir (keenam) review step yang telah terlewati, untuk membuka ruang kreatifitas dan inovasi dalam proses pembangunan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih baik lagi, jangan menutup pintu evaluasi, keritikan yang membangun sangat diperlukan agar pembangunan berjalan dinamis.
Langkah-langkah di atas hanya merupakan solusi makro, setiap rencana memiliki karakternya masing-masing. Variasi dalam gagasan menjadi sangat penting menjadi warna untuk mengembangkan pemikiran pembangunan. Proses langkah-langkah tersebut tidak menutup kemungkinan bisa terjadinya akselerasi pembangunan, jika dalam proses pembangunan tersebut mengalami temuan-temuan baru yang mempengaruhi kemajuan yang pesat terhadap capaian target. Dan semestinya ini akan terjadi jika kita tetap konsisten menjalankan pembangunan dalam koridornya.
Optimisme untuk meraih tujuan pembangunan harus menjadi semangat yang digelorakan bersama, bersama seluruh masyarakat. Pembangunan jangka panjang sangat membutuhkan kontribusi dan partisipasi dari semua. Berbagi peran dalam pembangunan menjadi kunci dalam mencapai kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam UUD 45. Pembangunan membutuhkan persatuan dan kekompokan dari semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemko Layani 335 Pengaduan Online, Akbar Rahman : Banyaknya Pengaduan Bukan Standar Baiknya Layanan Publik

Belajar dari Jepang, Begini Harusnya Warga Urban Banjarmasin Kelola Kantong Plastik